Thursday, September 9, 2010

Mimpi

Aku tertidur setelah sahur tadi. Dan mimpinya sangat nyata, seru sekali. Jadi kuputuskan untuk segera menulisnya. Kukira ini berlokasi di piramida dengan labirin yang berliku-liku, di suatu tempat di Mesir.

Aku tak begitu ingat awalnya, karena mimpi itu seperti kabut dikala fajar, memudar seiring waktu. Yang kuingat adalah bahwa aku sudah memasuki beberapa ruangan dan banyak, banyak sekali lorong, tapi bagian yang kuingat mulai dari sini:

Aku sampai di ruangan aneh yang agak sempit. Beberpa lorong tampak disitu. Menurut intuisi, kuikuti kata hati dengan masuk ke sebuah lorong. Ini yang aneh, setiap aku menentukan harus masuk ke mana pintu yang baru kulalui itu tertutup dan aku akan masuk ke lorong yang kupilih, dan terus mengikuti jalan itu sampai tiba lagi di ruangan lain. Mirip-mirip naik lift yang berjalan horizontal, mendatar.

Jadi, dengan “lift yang berjalan mendatar” ini aku masuk ke lorong sebelah kiri.

Ruangan dengan sebuah monumen aneh di tengah , berbentuk silinder. Di seberangku ada – lagi-lagi – lorong. Aku sudah mulai gelisah. Bukankah sudah dilaporkan ada banyak orang yang hilang di labirim-labirin makam seperti ini? Dan coba lihat dimana aku sekarang?

Akhirnya aku pilih salah satu lorong dan terus maju melintasi lorong yang lurus, lalu membelok ke kiri.... dan langsung belok ke kiri lagi.... dan aku sampai di sebuah ruangan dengan sebuah pilar besar berbentuk kotak di dinding seberang, dan dua lorong di kedua sisinya.

Kiri atau kanan? Aku tak tahu. Di depanku ada semacam lukisan yang sudah pudar, dan bisakah kupakai untuk petunjuk? Ada gambar burung gagak hitam di tengah, dan rusa jantan yang sedang melompat di bawahnya. Sedang di bagian kanannya, ada seekor rusa betina sedang duduk menghadap ke kanan. Apakah selalu ada rusa tadi? Haruskah aku masuk ke lorong yang itu?

Tidak, sudah terlalu jauh aku masuk disini. Apakah sebaiknya aku kembali ke luar? Aku mencoba kembali ke lorong yang sebelumnya, tapi aku tak ingat lagi jalannya. Ini bahaya; aku bisa mati kelaparan disini.

Aku berjalan kembali ke ruang an dengan dua lorong itu. Jika aku terus, bisa-bisa aku mati duluan sebelum sampai. Tapi dimana pula sampainya? Beresiko sekali. Tapi aku juga tak bisa kembali, karena resiko tersesat terlalu besar. Apa yang harus kulakukan?

Aku berjalan mondar-mandir dilu untuk memikirkannya. Tiba-tiba, di dinding dekat atap di sebelah atas, kanan, ada semacam kilatan seperti pantulan cahaya di cermin. Apa yang kulihat? Kayu triplek, palu, gergaji, dan peralatan lainnya seperti di bengkel.

Aku sudah memutuskan untuk pergi ke lorong yang dihadap si rusa betina ketika kudengar suara maktuo (tante) ku di lorong yang baru kulewati tadi. Aku melongok, dan kulihat cahaya matahari tercetak di dinding. Jadi di sebrang situ ada pintu keluar! Kebetulan, aku juga sudah bosan disini.

Tapi entah kenapa, pintu itu tertutup dan dengan dorongan aneh "lift" itu aku masuk ke lorong kiri, lorong tak ingin kumasuki.

“Oh no!” kupikir begitu aku mengeluh waktu itu.

Aku masuk, dan berada di sebuah ruangan yang jauh lebih kecil dengan meja (Meja? Dijaman Mesir Kuno ada meja?) dari kayu gelap dan disamping dan didepannya ada tumpukan kotak dengan penutup kulit. Di meja, ada tulisan “Boggart”

Boggart itu semacam makhluk pengubah-bentuk. Dia tinggal di tempat-tempat gelap seeprti laci meja dan lemari. Makhluk itu benar-benar tak berbentuk sampai dia bertemu seseorang, karena dia merubah dirinya menjadi hal yang paling ditakutkan orang itu. Jadi untung sedikit jika bisa menghadapinya dengan orang lain, karena hal yang paling ditakutkan setiap orang kan berbeda-beda dan si Boggart bakal bingung.

Dalam mimpipun aku masih bisa merasa heran walau sedikit. Boggart? Di Mesir? Kucari-cari dimana tempat yang mungkin si Boggart itu tinggali. Oh, ya... Laci meja kayu itu bergetar sedikit. Ketika aku hendak membukanya, kulit penutup sebuah kotak di depanku menggelepar, seperti tertiup oleh angin.

Kenapa? Aku tak tahu. Aku kembali maju (karena aku tadi melompat mundur) dan menjamah pegangan laci itu.

Dan ketika aku hampir berhasil membuka laci itu, aku terbangun.blogger-emoticon.blogspot.com


Untung laptopku ada di sebelahku. Aku sedang mudik di rumah nenek dan tidur dilantai. Setelah sahur tadi, aku mengeluarkan laptop dan menulis beberapa post (beberapa belum selesai dan disimpan sebagai draft), serta mengutak-atik layout blog. Si lappie ini masih ada di sampingku ketika aku tertidur kemudian (hanya modemnya aja yang raib, diambil ibuku).

-----------------

Selesai. Itu tadi mimpiku. Dan harus kuakui, aku lega ketika terbangun karena aku tak pernah punya maksud untuk mati kelaparan di piramida dalam rencana hidupku.



Tuesday, September 7, 2010

Bulan

Aku suka sekali bulan.
Jadi kalau kebetulan sendirian di rumah, home alone gitu, aku tinggal keluar rumah (atau kadang-kadang manjat genteng) untuk liat barangkali ada bulan atau minimal bintang.

The Starry Night karya Vincent van Gogh


Aku suka sekali bulan, apalagi saat bulan purnama dan bersinar perak. Mungkin gara-gara itulah blogku yang lain kuberi alamat silver-light-of-the-moon.
Dan kalau sudah bulan purnama, aku senang sekali kalau ada awan yang menyelubunginya, melayang-layang kayak hantu sedih.

Aku suka sekali dengan bulan, dan aku juga suka segala yang berhubungan dengan bulan. Misalnya sonata pertama yang bisa kumainkan judulnya Moonlight Sonata. Blog pertamaku kuberi nama silver-light-of-the-moon, dan idenya melintas begitu saja. Aku suka sekali nama Nurul Qomariyah, dan itu artinya "Cahaya Bulan". 'Nur' artinya cahaya dan 'Qomari' artinya bulan, kalau enggak salah.

Karena marmutku yang malang sudah mati, Kuganti saja namaku dengan Kliuna-ai. Tahukah kamu? Kliuna-ai berarti "Bulan" juga dalam bahasa Apache.

Jadi harap-harap saja jangan sampai aku terobsesi pergi ke bulan, dan berangkatnya dilontarkan pakai meriam seperti tokoh dalam bukunya Jules Verne. Hahahaha....