Friday, June 28, 2013

Don't die, Atla!

Sekalinya mendapat kesempatan untuk memiliki sesuatu yang istimewa, maka kesempatan itu akan hilang, eventually.

Memang bukan jatahnya, ya.

Lebay banget.

Ehm. Baru kemarin pagi aku terseok-seok mendaki bukit untuk belanja, atas perintah Yang Tak Bisa dan Tak Boleh Dibantah alias orangtua. Meski dengan tampang cemberut (yang disembunyikan) dan hati dongkol, aku pergi juga dengan alasan takut kualat. Maafkan...

Sungguh tak ada yang salah dengan bangun pagi. Tidak juga dengan berbelanja sekalipun harus mendaki gunung. Masalahnya, aku kelelahan dan AKU BARU TIDUR 3 JAM. Setelah berhari-hari begadang.

Tetapi, di tengah jalan aku menemukan sesuatu. Sesuatu yang secara tak sengaja masuk dalam medan pandang yang cuma setengah terbuka. Sesuatu itu adalah peri cokelat paling indah, luar biasa, sekaligus paling mengenaskan yang pernah kulihat.


Baiklah, memang bukan peri. Bukan peri namun sesuatu yang menyamainya, yaitu seekor ngengat.

Ngengat gajah, alias Attacus atlas dapat dikenali dengan mudah karena 1) Ukuran tubuhnya yang relatif jauh lebih besar dari umumnya, dan 2) Corak unik berupa sayap yang transparan bagaikan diamond. Sayang sekali si beauty ini sudah kehilangan sebagian besar kecantikan dan keanggunannya, secara ia terbaring naas dengan sayap terkoyak. Hilang. Habis dirobek-robek cakar kucing.

Namun hal itu tak membuatku tidak lari sprint ke rumah untuk mengambil koran dan dengan hati-hati membawanya pulang. Kirei, desu ne? Lihatlah. Benar-benar ada bagian sayap yang transparan. Rencananya, bangkai ini akan kuawetkan dan dijadikan insektarium.

Atla (kiri) dan ilustrasi untuk Attacus atlas
Ngengat gajah umum ditemui di Asia Tenggara, tapi ini kali pertama aku bisa melihatnya secara langsung. Tahu posisi tangan di permainan bayangan untuk membentuk burung? Nah, kira-kira sebesar tanganmu itulah besar ngengat ini. Sampai lebih dari 25 cm rentang sayapnya.

Atlas yang kutemukan kira-kira rentang sayapnya 19 cm. Entahlah. Lihat sendiri, tak banyak sayap yang tersisa.

Ah.. hang on! Di tengah perjalanan, kulihat sayapnya bergerak menanggapi sentuhan. Dia belum mati, melainkan...

Sekarat. Satu kata yang pas untuk kondisinya. Aku sempat optimis ketika sayapnya mulai berkepak-kepak walau lemah, dan sudah membayangkan memiliki ngengat menakjubkan itu sebagai peliharaan. Tak akan ada yang bisa mencap kejam, secara yang lebih kejam adalah melepasnya dengan keadaan tunasayap (?), dimana ia tak pernah bisa melarikan diri dari bahaya.

Aku akan menamainya Atla, diambil dari nama Latinnya.

Aku akan coba memberinya makan madu yang diencerkan.

Just hang on, Atla.


Jangan mati.


 UPDATE

Tapi memang bukan jatahku. 

Siang ini, pukul 11.46 am, saya sebagai ahli forensik abal-abal menyatakan kematian seekor ngengat gajah bernama Atla karena akibat yang belum diketahui. Sudah semalam ia tak lagi bergerak, abdomennya tak lagi tertahan. Sama sekali, meskipun sudah kuhangatkan ia dibawah mentari.

Autopsi tak jadi dilakukan begitu pula dengan pengawetan.

Pukul 12.05 pm, Atla resmi dikebumikan.


2 comments:

  1. dafabet link – A tipster with an easy - Chakasino
    Chakasino has come and started to help you make more informed football bets. You can follow dafabet link any tips from a ラッキーニッキー professional sports bettor via email and fun88 soikeotot

    ReplyDelete