Monday, July 29, 2013

Ada Apa Dengan Anak..? [2] : Vertex, Sore-sore

I thought everything had lost already.

Mungkin masih ada yang ingat post ini. Kini aku  memasuki tahun kedua, rasanya aku makin paham.

Let's begin from the beginning. Tadi sore aku menemani temanku ke Vertex (this is something my parents don't know, so it's pretty much a sin). Untuk pertama kalinya dan mungkin terakhir. The so-called Vertex, toko CD bajakan berkualitas (katanya) di depan SMP 7. Ingat ya, SMP 7.

Kami tiba pas ketika murid-murid SMP7 bubar. Karena itulah kami langsung terjebak macet di depan pintu masuk Vertex; tokonya crowded dengan murid SMP. Hanya aku, A, dan R yang berseragam abu-abu.

Tidak semua orang tahu seperti apa toko DVD bajakan, tapi tahulah seperti apa film-film dari Barat. Siapapun yang punya koneksi internet untuk membaca ini pasti tahulah. Dan bukan detektif dari Barat ya, karena itu adalah Hattori Heiji (?).

Maaf.

Vertex punya koleksi yang lengkap, termasuk film barat. Dan semua dipajang begitu saja, dari romance sampai thriller. Aku tak ambil pusing karena aku langsung menuju bagian Anime, tapi apa yang kudengar dan kulihat sembari jalan cukup... yah, you-know-what.

Maksudku, apakah kita sudah memasuki zaman dimana anak-anak SMP yang notabene-nya masih baru lulusan SD (a) belanja DVD bajakan (b) dengan santainya melihat cover yang nggak layak dilihat (c) bicara tentang bokep dan (d) memilih-milih film yang dari covernya saja sudah terlihat, bahwa produser seperti tak punya cukup uang hingga pakaian aktor-aktrisnya serba mini?

Jika ya, I don't want to live in this planet anymore. Apalagi ini Ramadhan; ataukah tak ada pengaruhnya?

Aku masih bisa mengerti bocah yang kutemui di bagian Anime. Toh meskipun berbeda, anime sedikit banyak mirip dengan kartun *dibakar oleh massa otaku* Si bocah yang sepertinya turunan luar itu bahkan sempat diskusi denganku tentang Detective Conan Movie mana yang mana, hingga akhirnya aku beli juga. I didn't find the one I was looking for, though.

Dan sepertinya gadis cilik yang memilih-milih film India saja juga tak masalah. Atau animasi.

Tapi coba bayangkan kalau melihat seorang bocah menenteng Black Swan, misalnya? Aku tahu isinya. No good. Dame da.

In summary, tak ada asap tanpa api. Anak-anak SMA sekarang yang kukenal bisa begini karena sejak masih belia, mereka sudah menerima informasi sebegitu rupa. Informasi yang membuat mereka tahu hal-hal 'dewasa',  yang aku khawatir secara kejiwaan mereka belum waktunya untuk mengetahui.

No, that's not exactly how I wanted to put it but.. well you know what I mean.

Kalau bicara tentang 'keruntuhan budaya Timur', boleh jadi hal-hal seperti ini salah satu penyebabnya.

Dan... kenapa di depan SMP seperti ini, ada toko DVD seperti ini?

Just thinking...

No comments:

Post a Comment