Saturday, March 1, 2014

Parameter Moral

(post serius dikit daripada blognya karatan)

Ada banyak hal untuk dihitung dan diukur di dunia ini. Betul?
Sesuatu yang dihitung atau diukur pasti penting. Buktinya orang sampai repot-repot membuat satuan yang global agar siapapun bisa tahu persis apa yang mereka maksudkan.

Dengan logika matematika/penarikan kesimpulan, hal ini dapat dituliskan dengan,
x itu penting
sesuatu yang penting punya satuan
_________________________________
∴ x punya satuan
 Bagaimana dengan moral? Siapapun yang bilang moral itu tak penting, dia ngajak gelut.


Tapi bagaimana cara mengukur moral? Rasanya belum ada satuan baku SI untuk moral. Kalau molar, ada.

Tapi aku tahu. Sejak pengalaman kemarin dulu.

Alkisah di sebuah jalan raya Setiabudhi yang terbenam sampah serta tikus yang sudah almarhum, seorang siswi....

Ah. Tadinya mau cerita panjang lebar, tapi mendadak ingat soal-soal tugas Fisika belum pada selesai. Hilang deh moodnya. Senin sudah UTS pula.

Singkatnya, siswi itu aku. Dan mereka, kumpulan mahasiswi yang menghalangi rute lariku, meskipun berisik, senasib denganku. Menyebrang jalan becek yang sama, melompati sampah apek yang sama. Bahkan sama-sama melanggar hukum berjalan kaki, bahwa tidak diperbolehkan berjalan di jalan raya, secara beton-beton trotoar telah runtuh ke selokan di bawahnya.

Mereka ramai mengeluh soal sampah. Aku amini saja dalam hati. Ya, sampah itu bau. Ya, banjir itu menyebalkan. Ya, sistem perselokan (?) di Bandung amat payah. Tidak, sepatu hak baruku tidak kotor karena aku pakai sepatu sport ke sekolah. Lagian aku ga punya sepatu hak.

Mereka banyak bicara dan berpendapat tentang bagaimana pemerintah bisa menangani ini agar rakyat seperti mereka tak menderita lagi. Aku nyaris tertipu kalau mereka benar-benar peduli pada masalah ini. Nyaris, kalau tidak tepat setelah itu salah satu mereka membuang cup bekas minuman instan begitu saja. Three-point masuk ke selokan.

Aku pelototi mereka. Aku kelilipan. Mereka berlalu. Unbelievable.

Yah, intinya, orang mungkin bisa terlihat baik. Orang mungkin bisa bicara manis. Tapi sulit kan mengetahui, apalagi mengukur, sifat atau kadar moral seseorang?

Untukku sendiri, aku bisa menilai dengan dimana mereka membuang sampah. Membuang sampah adalah sesuatu yang semua orang lakukan setiap harinya. Sesuatu yang memilki ketentuan dan aturan, tapi mudah dilanggar. Tak ada sanksi pula untuk pelanggaran. Sesuatu yang jika dilakukan dengan tidak benar dapat merusak lingkungan, dan semua orang tahu itu.

Dengan melihat dimana orang membuang sampah, apakah sembarangan atau tidak, aku kira-kira tahu seberapa berarti mereka sebagai manusia.... (mulai ga jelas)

Sekian. Kini aku akan berbagi momen dengan gaya dan inersia dan mengerahkan sejumlah torsi untuk memutar otak... yang, pada detik ini, setelah lomba tadi, I-nya terlampau besar.

No comments:

Post a Comment