Tuesday, November 26, 2013

Tobit, the Fallen Warrior



Aku tak mengenalnya. Tidak, seharusnya aku bilang sayang sekali aku tak mengenalnya. Tidak sempat.

Joan Tobit Sigalingging ditemukan meninggal setelah hilang selama kurang lebih satu bulan. Tapi bukan itu berita yang paling mengejutkan.


Thomas, yang juga kuliah di ITB, barangkali sudah dengar beritanya. Tentang Tobit yang kuliah di Oseanografi (jauh tidak?) angkatan 2008. Kak Tobit ditemukan meninggal kemarin, tanggal 25, di sebuah ceruk setelah hilang ketika mendaki Gunung Kendang. Memang sih, walau jarang, ada saja orang yang meninggal dalam pendakian.

Tapi berapa banyak yang meninggal setelah mati-matian bertahan selama 18 hari dengan kaki patah? 

Hasil visum dokter menunjukkan bahwa Kak Tobit baru meninggal 10 hari lalu, berarti  tanggal 15, 18 hari setelah tim SAR menyusul. Lalu mengapa tim gabungan KMPA, WANADRI dan lain-lain itu gagal menemukannya?

Sejak tanggal 5 lalu, ibuku tersayang turun ke lapangan sebagai sukarelawan SAR di bawah KMPA. Sampai beliau pulang hari ini, tak pernah Ibu ada di rumah lebih dari 2 hari. Dari beliaulah aku mendapat garis besar kronologi pencarian.

*Mohon maaf jika ada data yang salah, saya belum sempat menanyakan lagi. 

Tanggal 26 Oktober, Kak Tobit berangkat mendaki tanpa memberitahu kedua orangtuanya. Ia mendapat alat-alat yang dibutuhkan dari temannya Rendy.

Sehari setelahnya (Hari ke-2), datang telepon yang mengabarkan bahwa Kak Tobit telah sampai ke puncak Gunung Kendang dan minta dijemput esoknya.

Hari ke-3, Tobit menelepon tapi tak terangkat. Ketika ditelepon balik, tidak menjawab.

Sekitar seminggu kemudian Kak Tobit dinyatakan hilang.

*Hari ke-11, carrier berupa Deuter Futura pinjaman ditemukan dalam keadaan terletak hati-hati, bukan terjatuh. Menurut Ibu, yang aneh adalah keadaan barang-barang di dalam yang berantakan padalah Kak Tobit adalah seorang yang rapi. 

Dugaan kemudian, carrier itu ditinggalkan Kak Tobit saat melakukan summit attack; perjalanan menuju puncak yang biasanya hanya membawa bekal secukupnya.

Semua barang ditemukan kecuali yang melekat di badan.

*Hari ke-12, ditemukan sebuah topi.

Ada laporan yang mengatakan Kak Tobit terlihat di Gunung Puntang, hingga pencarian meluas ke sana juga. Beberapa jejak dan tanda juga ditemukan, anehnya tersebar di jalur turun yang berbeda.

Tanggal 25 November Kak Tobit ditemukan dalam keadaan meninggal, dalam semacam cerukan di tebing yang curam. Kakinya patah dan kepalanya terbentur cadas. Jadi para pencari selama ini hanya melintas di atas atau dibawahnya karena tidak membawa peralatan yang memadai untuk mencari ke sana (walau ada yang berdalih sudah pernah memeriksa).

Tak heran tidak ada yang mencium bau mayat, karena selama itu Kak Tobit masih hidup. Seberapa ironisnya itu?  Kini yang tertinggal hanya penyesalan.

Bayangkan. Untuk bertahan dengan kaki patah selama lebih dari 2 minggu, mati perlahan-lahan, tapi tetap berjuang. Kak Tobit adalah pejuang yang tak menyerah pada nasib hingga batas terakhirnya. 

Seandainya mereka bisa menyelidiki setiap ceruk dan tebing (Ibuku menyarankan demikian, FYI)...

***

Aku tak mengerti.

Di setiap buku atau novel, di setiap film, di setiap kisah, seorang pahlawan yang berjuang dengan semua  kekuatannya berhasil pada akhirnya. Seperti Nando Parrado yang pesawatnya jatuh di Andes dan terpaksa memakan jenazah teman-temannya. Seperti Sinbad. Seperti Katniss saat menggulingkan Capitol. Seperti survivors di Seconds from Disaster. 

Kenapa kisah yang ini berbeda? Kenapa harus berakhir seperti ini?

Kak Tobit kuat secara fisik maupun mental. Apa kiranya pikiran terakhirnya saat maut pasti datang, setelah segala usaha yang dilakukannya?

Aku pun menyesal. Aku tak punya apapun untuk diberikan selain tiga tetes air mata.

Sampai tulisan ini dibuat, upacara pemakaman Kak Tobit sedang dilangsungkan.

Good bye. I salute you.

1 comment:

  1. wah ada namaku. aku setuju dengan pendapatmu, seandainya tim SAR lebih teliti menyelidiki setiap ceruk dan tebing Tobit mungkin dapat lebih cepat ditemukan dan mungkin dalam keadaan yang berbeda. tapi aku sendiri juga menyesal tak bisa memberi bantuan apa-apa..

    ReplyDelete