Curug Panganten |
Kemarin, aku, keluargaku, dan sebagian kecil anggota paguyuban ITB89 (alumni ortuku) mengunjungi Curug Panganten (Pengantin) di daerah Cimahi. Dan inilah ulasan singkat tentang curug tersebut..
Untuk mencapai curug, kita dapat terlebih dahulu memarkir kendaraan di Katumiri. Itu tuh, tempat wisata di daerah Cihanjuang. Dari sana, ikutilah tanda panah atau tanyakan arah pada petugas di sana. Sekitar seperempat jalan bisa dengan mudah dilewati, secara jalannya cukup lebar sudah dilapisi semen, batu, bahkan paving block. Tapi, kebanyakan jalan masih berupa jalan setapak tanah. Nah, jalan setapak inilah yang bisa membahayakan secara kita harus menyusuri kontur dua bukit lalu turun ke lembahnya. Jalan tanah biasanya licin apabila hari sebelumnya hujan atau berembun.
Waktu yang tepat untuk memulai perjalanan adalah pagi hari, demi menghindari panas. Namun, berhati-hatilah pada jalan setapak yang menurun dan licin akibat embun. Disarankan untuk membawa baju ganti, siapa tahu terpeleset. Tapi dijamin seru dan cukup aman, secara setengah dari 'pasukan' kami anggotanya anak-anak (aku nggak dihitung).
Ayah dan Anak (mau motret nggak ada model, orang asing jadilah) |
Di tengah perjalanan, setelah melewati jembatan bambu, akan ada persembahan dari alam (bukan Aqua, tapi) berupa pemandangan luas bagian lembah yang menghampar dengan megahnya. Di lembah itulah Curug Panganten berada. Namun dari titik ini kita tak dapat melihatnya, sebab letaknya lebih tinggi dan posisi curug membelakangi tempat ini. Perhatikan pula, ada sarang lebah (atau sarang burung, susah membedakannya) raksasa yang menggelayuti salah satu dahan pohon agak di bawah.
Mulai dari tempat ini sampai ke gerbang curug, jalannya lumayan lebar bahkan sebagian bersemen. Cocok untuk rute sepeda (dan memang rute untuk sepeda. Para pesepeda bisa masuk lewat jalan lain). Tak jauh dari gerbang akan ada parit air yang harus disusuri terlebih dahulu.
gerbang masuk curug |
Dari gerbang sampai ke curug, jalannya berupa jalan setapak tanah yang semakin ke bawah semakin licin. Mungkin ini karena karakteristik Curug Panganten, yaitu cipratan airnya yang dahsyat. Tetes-tetes kecil air dari curug bahkan terasa meskipun aku masih ratusan meter jauhnya dari lokasi, dan masih tinggi pula. Tetes air yang berterbangan inilah yang terus membasahi tanah sekitar, membuatnya basah abadi.
Menurut perkiraanku, dasar air terjun ini dangkal. Jauh lebih dangkal dari dasar Curug Bugbrug misalnya, yang dasarnya mencapai 11 meter di bawah air. Padahal, tipe curugnya mirip.
Aku, Ibu, dan Dua Dayang-Dayang Berseragam |
Karena sebab inilah, tidak disarankan untuk menggunakan kamera yang sensitif akan gangguan tanpa persiapan, sebab dikhawatirkan kameranya akan macet atau bagaimana. Ditambah lagi, sulit untuk memotret jika terlalu dekat dengan air terjun, karena titik-titik air yang akan memburamkan lensa dengan segera. Yah, walaupun mungkin keadaan ini terjadi ketika debit air sedang tinggi saja.
Tempat yang aman untuk memotret adalah pelataran kecil dekat WC di gerbang, dimana terlihat bagian atas air terjun. Tempat ini juga cukup strategis untuk memotret beruk yang hidup disana, karena cukup luas medan pandangnya.
Beberapa celah di tengah perjalanan turun menuju curug juga cukup terlindung dari 'awan' tetesan air.
Peringatan keras di toilet |
Untuk fasilitas di tempat ini, seperti kebanyakan situs wisata lainnya, akan lebih baik lagi apabila dapat dikembangkan. Ada dua saung untuk duduk lesehan yang cukup bersih keadaannya, sebuah warung namun kosong, dan satu WC jongkok tak jauh dari sana. Syukurlah airnya terus mengalir disini.
Untuk flora dan fauna, di sini tersedia bermacam-macam spesies kupu-kupu yang jarang terlihat di perkotaan (sok tahu banget). Seluruhnya, sepanjang yang kulihat, ada lebih dari 8 jenis. Mengingat tempat ini sudah terbilang jauh dari keramaian, kupu-kupu di sini lumayan jinak dan mudah dipotret. Lingkungan sekitar pun cukup hijau, asri, dan tenang. Jika ada yang sedang jenuh pikiran, berjalan-jalan di sini bisa menjadi salah satu sarana untuk menghilangkannya.
Salah satu bidadari kecil bersayap |
Kemarin aku ke curug cimahi.. .-.
ReplyDeleteMainstream.... *sok
ReplyDeletewisata bandung memang ngga ada matinya. keren.
ReplyDelete