Pada April 2005, ada kabar aneh yang tersiar di Hamburg, Jerman. Menurut para penduduk, agaknya katak-katak di rawa sekitar satu per satu meledak secara spontan; dan dalam beberapa hari saja jumlah katak yang mati dengan cara ini mencapai ribuan. Menurut laporan, saat merangkak di tanah tubuh katak mengembang secara bertahap sampai mencapai ujung tanduk, lalu meledak, melemparkan organ dalamnya sampai satu meter ke udara. Penududuk lokal menjadi khawatir dan karenanya pihak berwajib memperingati agar anak-anak serta hewan piaraan dijauhkan dari rawa. Sementara itu, rawa tersebut juga diisolasi dan rawa itu kini dikenal dengan nama "Pond of Death".
Apa kiranya penyebab fenomena ganjil ini? Barangkali para penduduk itu cuma salah lihat?Apakah ini hanyalah hoax belaka, atau adakah penjelasan yang logis? Para ahli berspekulasi bahwa ada semacam virus atau jamur di rawa yang menyebabkannya, secara pernah ada kuda yang terinfeksi semacam jamur di istal pacuan dekat rawa. Ahli lain berpendapat fenomena ini ada hubungannya dengan mutasi terkait dengan penipisan lapisan ozon.
Salah satu amphibian ahli dari Jerman, Franz Mutschmann, tertarik untuk mencari tahu. Ia mengumpulkan sisa kotoran dan mengautopsi katak-katak itu... sisa tubuh mereka lebih tepatnya. Ia mendapati bahwa semua katak sudah hilang organ hatinya, dan masing-masing punya semacam luka sayat yang presisi di punggungnya. Luka ini bisa jadi bekas paruh burung, karena ukurannya cukup kecil. Franz menyimpulkan, bahwa burung gagak-lah yang menyerang para katak dan mengambil hati mereka. Refleks, katak menggembungkan dirinya dengan mengambil udara banyak-banyak, begitulah mekanisme mereka mempertahankan diri. Karena katak tak memiliki tulang rusuk, dan tanpa hati dan dengan lubang di tubuh mereka, penggembungan ini menyebabkan paru-paru dan pembuluh darah pecah, melontarkan usus si katak ke udara.
Namun kenapa pula si gagak perlu pilih-pilih segala? Cuma memakan hatinya dan bukan seluruh kataknya sekalian? Rupanya organ yang paling layak untuk dimakan ya hanya hati itu, mengingat kulit katak cukup beracun. Burung gagak adalah makhluk cerdas yang mampu mengamati dan mempelajari hal baru. Dalam kasus ini, sepertinya seekor gagak melihat gagak lain mengambil dan menikmati hati katak lalu menirunya. Kebiasaan ini lalu menyebar.
Source:
No comments:
Post a Comment