Wednesday, April 3, 2013

In Memoriam



In the memory of Steve Irwin

 

 Setiap orang, ya, setiap orang, pasti memungut sesuatu di setiap jalan kehidupannya dan menjadikan 'sesuatu' itu bagian dari dirinya. Seperti mengumpulkan keping-keping berwarna untuk membentuk suatu mozaik.  Seperti menjahitkan carikan-carikan perca untuk membuat satu arpillera yang sernpurna.

(sebagian tulisan ini diambil dari catatan lama, bertanggal 24 Mei 2011)

Aku diingatkan oleh komentar-komentar serta pandangan tak biasa anak-anak sebaya di sekelilingku. Seperti, “Ih, beranian ih!” atau “Nggak jijik, Nad?” atau lainnya, saat aku membantu menyingkirkan hewan pengganggu (menurut mereka) dengan tangan langsung; entah itu katak, kodok, ulat, laba-laba, serangga, atau burung kecil. Salah satu contoh nyata mungkin sewaktu pelatihan di barak militer di Cikole semester lalu... waktu itu, tiba-tiba ada katak hijau berlendir menyambangi tempat outbound dan membuat para cewek menjerit berjamaah. Para cowok berusaha menanganinya, dengan kasar mendorong-dorong si katak kecil dengan sebatang kayu. Reflek karena kasihan, langsung kuambil saja si katak dengan kedua tangan sambil membela hak-haknya sebagai makhluk hidup. Sejak itu, kebanyakan anak mengenaliku sebagai “yang ngambil katak di Belanegara itu, ya?”

Jadi, jangan harap ancaman seperti “ntar dilempar ulat/uler lho!” bakal mempan padaku. Dan karenanya, dari SD di Sekolah Alam sampai sekarang, tak ada yang benar-benar berhasil mengancam atau menjahiliku.

Tentu tak sedikit pula anak yang lebih 'berani' dariku. Tapi mungkin bisa dibilang, kebanyakan orang yang tinggal di kota mengidap entah fobia serangga, fobia ular, atau keduanya. Sayang sekali. Sedikit banyak aku telah menjadi pelaku penyimpangan sosial– meminjam istilah Sosiologi. Pokoknya, setelah aku bisa mengingat-ingat lagi, ada satu faktor kuat yang membentuk kepribadian ini. Faktor itu adalah salah satu keping mozaik-ku, carikan perca-ku yang paling berharga dan berukirkan: Steve Irwin

Di mata kebanyakan remaja sekarang ini, mungkin Steve Irwin hanyalah pembawa acara petualangan biasa. Atau mungkin mereka malah akan bertanya, “Siapa tuh?”. Mengingat ia sudah meninggal sejak aku masih SD, bisa jadi tak banyak remaja yang masih mengingatnya.

Tapi di mataku, ia adalah salah satu orang pertama yang membukakan indahnya dunia liar luar kepadaku. Salah satu orang paling berjasa. Ia truly and surely salah satu agen sosialisasi-ku (meminjam istilah Sosiologi lagi); orang yang paling berpengaruh dalam pembentukan pribadi. Aku lebih mendengarkan penjelasannya tentang ular (hewan yang hingga kini sangat kusukai) daripada ancaman pembantu/pengasuhku sewaktu kecil. Aku selalu berpendapat, ketakutan berlebihan pada hewan tertentu disebabkan oleh kata-kata beracun pembantu... aku tahu, aku lihat sendiri, kadang mereka menakut-nakuti anak kecil tanpa dasar hanya supaya mereka mau duduk manis dan tidak berkelana kemana-mana.

Menyalahi kodrat anak-anak – seorang peneliti alami.
 
Aku mengagumi pria kelahiran Australia ini. Sangat. Ia yang memberikan sisi lain untuk dipandang tentang dunia yang menurut 'orang kota'... yah, katakanlah, primitif. Sisi lain yang lebih terbuka untuk merenungkan betapa ajaibnya ciptaan-Nya. Dan sudahkah aku menulis betapa pemberaninya ia..?
"I have no fear of losing my life - if I have to save a koala or a crocodile or a kangaroo or a snake, mate, I will save it."
-Steve Irwin
"So fear helps me from making mistakes, but I make lot of mistakes."
-Steve Irwin
 Ketika kenangan mulai berputar bagai bola salju, maka semakin lama dipikirkan makin besar dan jelas bentuknya. Aku ingat, dulu satu-satunya channel TV yang kutonton adalah Lativi, yang menyiarkan begitu banyak film dokumenter. Ketika aku lihat kembali saat itu, aku cuma lihat diriku sendiri sedang makan siang bersama singa di TV. Aku makan telur ceplok, dan singa mencabik-cabik daging zebra yang darahnya masih hangat, di tengah savana di Afrika.

Dan, aku masih ingat dua pembawa acara yang sangat kusenangi dulu. Pertama Steve, tentu saja. Ia membawakan berbagai acara, dan kadang istrinya yang cantik, Terri, turut serta. Kedua, seorang pria ramah berwajah merah brewokan dengan mata bersinar cerdik dan spesialisasi buaya. Rob Bredel, sang pembawa acara Crocodile Hunter, seingatku. Ialah yang menjelma menjadi sosok Sam Hawkens kalau aku membaca kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou. Bedanya, kalau Sam gemarnya menaklukan bison maka kerjaan Rob adalah mengejar-ngejar buaya. Tak banyak berbeda dari Steve. Dan katanya:
“Crocodiles are easy. They try to kill and eat you. People are harder. Sometimes they pretend to be your friend first.” 
-Steve Irwin
Jadi, ketika teman-temanku sedang senang-senangnya menonton Sponge Bob Square Pants, aku terkesima melihat Steve beraksi berusaha mengamankan rumah penduduk dari seekor black mamba, ular yang konon paling mematikan sedunia melebihi king cobra. Atau, bergulat dalam lumpur di rawa untuk menaklukan seekor sanca sebesar betis. Atau, aku akan menyimak Rob mengayun-ayunkan tongkat dengan jerat dan umpan, berusaha menguasai seekor buaya raksasa yang akan dipindahkan dari kandangnya.

Aku masih senang menonton film kartun, tentu saja. Tapi Sponge Bob tak pernah berhasil membuatku seterkesima itu.

Bagaimanapun, hubunganku dan Steve 'putus' ketika Lativi beralih nama, sepertinya karena beralih kepemilikan. Channel baru ini tak pernah lagi menampilkan film dokumenter; tidak sesering dulu. Aku menyesal channel sebagus ini harus berubah, tapi mungkin minat masyarakatlah yang menentukan. Orang-orang Indonesia tampaknya menaruh lebih sedikit minat terhadap kehidupan hewan liar dan lebih banyak terhadap sinetron serta berita. Sering aku bertanya, mengapa tak ada channel di sini yang persis seperti Discovery Channel atau Animal Planet atau National Geography? Bah, aku 'kan tak akan bisa menonton channel-channel itu tanpa sambungan kabel.

Suatu pagi, pertengahan September 2006, aku sedang sarapan sambil menunggui orangtuaku selesai membaca koran. Oh ya, aku membaca koran sejak kelas tiga atau empat SD. Sasaranku tidak banyak sih ketika itu, hanya halaman IPTEK dan rubrik kecil berisi berita unik/lucu/tak biasa dari seputar globe - Kilas Kawat Sedunia. Aku sedang menghabiskan sarapanku ketika kudengar ibuku berkata, "Kakak, Steve Irwin meninggal!"

Aku tak percaya! Atau tepatnya, tak mau. Kurebut koran itu dan kusimak beritanya. Steve Irwin meninggal karena kelumpuhan tak tertolong saat sedang snorkelling di Great Barrier Reef di Queensland. Penyebabnya adalah sengatan ekor seekor pari manta. Sebentar, apa yang dulu dikatakan Steve tentang ikan pari..?

“Aku berharap suatu saat bisa mati karena hewan ini."

Tubuhku melemas. Tidak, aku tidak menangis. Tapi ini pertama kalinya dalam hidupku, yang baru 8 tahun berlalu saat itu, aku begitu bersedih untuk seseorang yang bukan keluargaku.

Bertahun-tahun kemudian, aku tahu bahwa ternyata putri Steve, Bindi Sue, juga mengikuti jejak ayahnya. Salah satu acaranya, Bindi the Jungle Girl, hanya pernah kubaca dari majalah Bobo. Maklum, aku terasing dari siaran luar negeri. Dan aku kemudian tahu dari koran bahwa ia dan ibunya pernah datang ke Jakarta setelah kematian Steve, dalam program semacam pertukaran antar kebun binatang.
Selamat beristirahat, Mr. Steve. Meski saat aku menulis ini, sebuah catatan kecil yang bahkan tersusun dengan buruk, sudah bertahun-tahun berlalu sejak kepergianmu... ketahuilah, Anda akan selalu ada dalam hati kami... kami, penduduk dunia yang telah Anda beri inspirasi, yang akan terus membawa Anda dalam setiap langkah kami menjelajahi penjuru Bumi. Dan  kami akan mengingatmu, selalu.

Note: Steve pernah dapat cameo role dalam Dr. Dolittle 2! Kini aku menyesal tak pernah benar-benar menonton film itu.
 -------------------------------
Born           : Stephen Robert Irwin
                    22 February 1962
                    Essendon, Victoria, Australia
 
Died           : 4 September 2006 (aged 44)
                    Batt Reef, Queensland, Australia
 
Occupation : Naturalist
                    Zoologist
                    Conservationist
                    Television personality
                    Herpetologist

Years active : 1997–2006
 -------------------------------

2 comments:

  1. I still remember him too... great man.

    ReplyDelete
    Replies
    1. He's too great for words, y'know.

      Pernah aku bilang sama ibu, aku ingin ketemu Steve Irwin lagi.
      Ibu bilang, "Yang udah meninggal itu? Mau nyusul?"

      ...ckck.

      Delete